LEADERSHIP/QIYADAH

LEADERSHIP/QIYADAH:

Kepemimpinan yang Membentuk Arah dan Marwah Umat

Kepemimpinan dalam Islam atau qiyadah bukan sekadar jabatan, gelar, atau posisi. Ini soal keberanian memikul amanah, menggerakkan orang lain menuju tujuan yang benar, dan menjaga arah agar tidak melenceng dari nilai yang Allah tetapkan.

Qiyadah menuntut karakter, bukan pencitraan. Pemimpin yang kuat bukan yang paling banyak bicara, tetapi yang paling siap bertindak. Ia tidak memerintah untuk dihormati, tapi dihormati karena ketegasan dan ketulusannya.

Kepemimpinan di lingkungan pendidikan seperti Mahad Badr Al Islami Bogor bukan soal gaya bicara lantang atau wibawa yang dipaksakan. Ini soal kemampuan mengarahkan, memberi teladan, dan membuat orang lain mau bergerak karena hormat bukan karena takut. Pemimpin yang baik bukan yang paling banyak memerintah, tapi yang paling siap memikul tanggung jawab.

1. Bagaimana Cara Memimpin yang Baik

Memimpin yang baik itu sederhana: hadir, jelas, dan konsisten.
Pemimpin harus turun langsung, tidak hanya memberi perintah dari jauh. Ia memastikan setiap orang mengerti arah yang dituju, menghilangkan kebingungan, dan menjaga ritme kerja agar tetap stabil.

Ia juga harus tahu kapan keras, kapan lunak. Tegas itu perlu, tapi jangan sampai menghapus empati. Pemimpin yang baik bisa menegur tanpa merendahkan, dan bisa memuji tanpa berlebihan. Ia membangun suasana sehat, bukan suasana takut.

Di Mahad, ini terlihat dalam hal mendidik. Pemimpin harus mampu menjaga kedisiplinan mahasantri, tetapi tetap membuka ruang dialog, sehingga mahasantri merasa dihargai dan didengar. Keseimbangan ini yang membuat kepemimpinan berjalan efektif.

2. Apa yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin

Pemimpin butuh karakter, bukan sekadar keahlian.
Ada tiga hal yang paling mendasar:

  • Integritas.
    Ia harus jujur, amanah, dan tidak bermain dua wajah. Sekali integritas retak, kepemimpinan ikut runtuh.
  • Keteladanan.
    Apa yang diperintahkan, itulah yang dilakukan. Santri dan para asatidz akan mengikuti perilaku pemimpinnya jauh lebih cepat dibanding mengikuti ucapannya.
  • Keberanian mengambil keputusan.
    Kadang keputusan tidak menyenangkan, tapi tetap harus diambil. Pemimpin bukan pencari aman, melainkan pencari solusi.

Selain itu, seorang pemimpin di lingkungan Mahad juga butuh kedalaman ilmu, akhlak yang stabil, dan sikap rendah hati. Semuanya membuat kepemimpinan lebih kokoh dan dihormati.

3. Bagaimana Cara Mendapat Kepercayaan

Kepercayaan tidak lahir dari kata-kata; ia lahir dari tindakan yang berulang-ulang.
Pemimpin akan dipercaya ketika ia menunjukkan tiga hal:

  • Konsisten.
    Ucapannya tidak berubah-ubah. Keputusannya tidak labil. Orang butuh kepastian dari pemimpinnya.
  • Adil.
    Tidak memihak. Tidak membeda-bedakan. Ketika pemimpin adil, semua orang merasa aman bekerja di sekitarnya.
  • Responsif.
    Pemimpin yang mau mendengar, mau merespons masalah, dan tidak kabur dari kritik akan lebih cepat mendapat hormat.

Di Mahad, kepercayaan lahir saat pemimpin terlihat peduli pada perkembangan mahasantri, mengambil tindakan saat ada masalah, dan memberikan arahan yang jelas. Orang akan mengikuti dengan hati, bukan sekadar dengan tubuh.


Kesimpulan
Kepemimpinan di Mahad Badr Al Islami Bogor harus melahirkan pribadi yang matang, kuat karakter, dan visioner. Pemimpin yang tidak hanya bicara, tetapi memberi teladan. Tidak hanya memerintah, tapi bertanggung jawab.

Dapat disimpulkan bahwa qiyadah adalah tentang hadirnya seseorang yang mampu menuntun, memberi arah dan tentang membangun generasi yang lebih kuat, lebih visioner, dan lebih dekat dengan Allah Subhanahu Wata’Ala

WhatsApp